"By failing to prepare, you are preparing to fail" (Benjamin Franklin)
Quote ini dulu gue sepelein di kehidupan finansial gue. Tapi semua berubah ketika istri gue akan melahirkan.
Gue dulu gak pernah tau bahwa printilan yang mesti dibeli untuk menyiapkan kelahiran bayi itu sangaaat banyak dan ternyata cukup mahal. Gue juga dulu gak pernah tau kalo biaya untuk melahirkan itu sangat besar. Yang paling parah adalah, gue bahkan gak pernah mempersiapkan dana khusus buat hamil dan melahirkan.
Sebulan setelah peristiwa melahirkan yang mendebarkan sekaligus menguras dompet itu, gue baru ngeh kalo ternyata cashflow gue bulan itu ambruk sampe minus hampir 10 juta. Gileeee, kalo gue gak punya tabungan, pasti bakal ngutang sana-sini itu.
Setelah kejadian itu, gue baru ngeh pentingnya mempersiapkan dana khusus untuk menghadapi sesuatu yang tidak kita perkirakan atau kerennya itu unexpected events.
Gue coba cari-cari di buku dan internet akhirnya nemulah gue istilah namanya DANA DARURAT.
Buat yang bilang kalo kehamilan dan kelahiran anak lo itu harusnya tidak termasuk dana darurat, gue bisa bilang setuju sih. Tapi di kondisi gue saat itu, gue sama sekali gak ngira biayanya akan sebesar itu dan buat keuangan sedikit goyang.
Catatan gue kali ini terbagi dalam beberapa subtopik, antara lain:
1. Apa itu dana darurat?
2. Perlukah kita mempersiapkan dana darurat?
3. Berapa jumlah dana darurat yang perlu dipersiapkan?
4. Dimana kita menyimpan dana darurat?
Oiya untuk yang mau tau tentang gimana meningkatkan kesehatan finansial lo secara umum, di luar topik dana darurat ini. Silahkan baca Bagaimana Cara Meningkatkan Kondisi Finansial Secara Umum?
Yak, kita mulai aja ya pembahasan kali ini.
1. Apa itu dana darurat?
Dana darurat atau dikenal dengan bahasa keren emergency reserves adalah uang yang disimpan untuk memenuhi pengeluaran tak diduga. Pengeluaran tak diduga itu contohnya misalnya lo tiba-tiba dipecat, tiba-tiba bisnis lo bangkrut, tiba-tiba lo kelimpahan warisan utang keluarga, dan tiba-tiba lainnya.
Dana darurat ini harus bisa diambil segera. Ini penting banget, kalo gak bisa diambil segera artinya gak bisa langsung dipakai kalo ada kebutuhan tiba-tiba yang mendesak kan.
2. Perlukah kita mempersiapkan dana darurat?
Tujuan utama dari dana darurat ini adalah untuk mempersiapkan agar kondisi finansial kita tidak bermasalah ketika ada kejadian yang tidak diperkirakan.
Bahkan kalo mau lebih spesifik lagi, dana darurat itu perlu supaya kita tidak perlu mengambil uang dari dana pensiun atau investasi kita ketika ada kejadian yang tidak diperkirakan.
Menjawab pertanyaan di subtopik ini, dana darurat itu sangat perlu untuk dipersiapkan. Bahkan dana darurat itu urutannya harus dipersiapkan duluan sebelum lo bikin dana investasi atau pensiun.
Gue pribadi sangat mendukung untuk mempersiapkan dana darurat karena ada 2 kejadian yang mengingatkan akan pentingnya dana tersebut. Yang pertama udah dibahas di atas tadi ya tentang kelahiran anak gue.
Kejadian terbaru itu ketika gue akan ke Jepang dengan beasiswa monbukagakusho yang ternyata mensyaratkan wajib menyediakan uang untuk kebutuhan satu bulan (150 ribu yen). Itu hampir 20 juta terpakai, terus belum ditambah pengeluaran ekstra ketika akan bawa anak dan istri kesini yang jumlahnya hampir dua kali lipatnya.
Untungnya ketika gue ke Jepang, gue udah ngerti dan punya dana darurat. Akhirnya kondisi keuangan tetep aman dan dana investasi tidak terganggu sama sekali.
Jadi intinya, dana darurat itu sangat perlu dipersiapkan oleh semua orang. Kecuali lo peramal yang bakal tau apa apa aja kejadian yang akan menimpa lo dalam beberapa bulan atau tahun ke depan.
3. Berapa jumlah dana darurat yang perlu dipersiapkan?
Banyak akun finansial di media sosial yang menyebutkan bahwa lo perlu mempersiapkan dana darurat sebesar 6 bulan dari kebutuhan sehari-hari.
Misalnya kebutuhan hidup lo sehari-hari dalam sebulan itu 5 juta, artinya lo perlu menyiapkan 6 x 5 juta yaitu 30 juta.
Kebutuhan sehari-hari itu maksudnya total dana yang lo keluarkan untuk membiayai kehidupan lo. Definisi "kehidupan" setiap orang bisa beda-beda loh, ada yang menghitung hanya yang benar-benar kebutuhan aja, seperti makan, minum, sewa atau cicilan rumah, dan transpor.
Tapi ada orang yang mendefinisikan "kehidupan" itu mencakup gaya hidup seperti belanja baju, rekreasi ke mall, minum kopi starbucks tiap pagi, atau makan di restoran mahal tiap weekend.
Itu semua kembali ke pilihan lo masing-masing ya. Yang pasti semakin besar cakupan yang lo masukin di definisi biaya kehidupan lo, akan semakin besar juga dana darurat yang lo butuhin.
Nah balik lagi ke jumlah dana darurat ya.
Kalo menurut buku Personal Finances for Dummies, jumlah 6 bulan kebutuhan sehari-hari itu belum tentu cocok sama setiap orang. Oleh karena itu, buku itu membagi-bagi jumlah kebutuhan darurat, antara lain:
a. 3 bulan kebutuhan hidup sehari-hari
Pilihan ini boleh diambil kalo lo punya sumber pendapatan yang tetap dan pasti, misalnya PNS atau beasiswa atau lo sedang memaksimalkan investasi. Selain itu, pilihan ini juga boleh diambil seandainya lo punya keluarga atau teman dekat yang pasti mau dan dapat memberikan pinjaman jangka pendek.
b. 6 bulan kebutuhan hidup sehari-hari
Jumlah ini sesuai dengan conventional wisdom dan rata-rata akun penasihat finansial di media sosial. Enam bulan kehidupan sehari-hari itu cocok untuk yang cari aman dan ada potensi ketidakstabilan dalam arus pendapatan, misalnya karyawan swasta atau profesi yang penghasilannya berdasarkan jumlah pengguna jasanya, contoh dokter atau pengacara. Selain itu, jumlah dana darurat ini bisa lo terapkan kalau lo tidak punya sumber pinjaman jangka pendek yang pasti.
c. 12 bulan kebutuhan hidup sehari-hari
Setahun kebutuhan hidup sehari-hari itu jumlah yang sangat besar. Lo mesti pertimbangkan mempunyai jumlah dana darurat sebanyak ini bila pekerjaan lo sulit mencari pekerjaan lain bila dipecat, freelance, karyawan kontrak, atau pekerjaan yang tingkat dipecatnya tinggi.
Gue pribadi pernah menjalankan 2 dari 3 strategi di atas. Sewaktu gue masih kerja sebagai dokter di rumah sakit di Indonesia, gue menerapkan dana darurat sebesar 6 bulan kebutuhan hidup karena gue tau penghasilan gue tidak menentu setiap bulannya, bergantung pada jasa medis.
Sekarang saat sedang sekolah di Jepang, gue menerapkan dana darurat sebesar 3 bulan kebutuhan hidup. Strategi ini gue terapkan karena gue punya arus pendapatan tetap dari beasiswa.
Nah jadi pilihan jumlah dana darurat ini sangat subjektif dan personal ya. Gak bisa lo patok rata untuk setiap orangnya, karena lo harus mengerti kondisi diri dan keluarga lo masing-masing.
4. Dimana kita menyimpan dana darurat?
Dana darurat itu wajib disimpan di tempat yang mudah diakses atau diambil dengan segera.
Tempat yang mudah diakses segera itu variatif untuk setiap orang, tetapi umumnya antara lain:
a. Rekening bank
Sejauh ini rekening bank tempat paling aman untuk nyimpen dana darurat. Amannya terjamin dan mudah diambil juga, apalagi rata-rata ATM udah 24 jam.
Kelemahan dari menyimpan uang di bank adalah ada biaya administrasi per bulan dan bunganya rendah.
Untuk yang anti riba mungkin bisa pilih bank syariah.
Ohiya, rekening bank ini gak termasuk deposito ya, karena deposito kan hanya bisa diambil di periode tertentu.
b. Reksadana pasar uang
Reksadana pasar uang bisa jadi pilihan menarik karena bisa diambil sewaktu-waktu walaupun kadang gak semudah rekening bank.
Lo bisa milih reksadana pasar uang kalo mau bunga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan bunga bank.
c. Di bawah kasur atau celengan
Buat yang merasa aman kalo nyimpen uang secara tunai, silahkan disimpan dimana saja, contohnya di bawah kasur atau celengan.
Keuntungannya adalah sangat gampang diakses tanpa perlu ke ATM bahkan. Kelemahannya adalah bisa ilang sewaktu-waktu, mungkin dicuri tuyul atau tempat penyimpanannya terbakar.
Gue pribadi milih rekening bank dan meminimalkan jumlah uang tunai yang gue pegang.
Oke, sekian dulu dari gue. Semoga bisa bermanfaat untuk yang baca. Kalo ada masukan atau kritik sangat ditunggu loh, apalagi dari ahli-ahli ekonomi.
Adam Prabata
11 Maret 2019
Kobe, Jepang
dicuri tuyul?? wkwk..cant relate for Z generation
ReplyDelete