Skip to main content

Berapa Persen Uang yang Sebaiknya Ditabung atau Diinvestasikan?


Gue waktu masih awal menikah masih terbawa kebiasaan boros saat masih bujangan. Batas maksimal uang yang digunakan untuk belanja dan hobi gue itu adalah jumlah rekening di tabungan gue. 

Gaji yang lumayan karena bekerja sebagai dokter menambah kebiasaan konsumtif gue dan istri. Hampir setiap hari kita makan di luar, gak pernah masak, dikit-dikit beli barang elektronik baru, bahkan gue pernah beli gitar yang baru nya seharga mobil second. Biasalah, pengantin baru dan baru ngerasain enaknya punya uang sendiri.

Setahun pertama menikah gue gak sadar tuh kalo sebenernya jumlah rekening gue secara garis besar itu merosot, walaupun pendapatan yang masuk juga cukup banyak. Momen gue sadar adalah ketika gue harus bayar persalinan istri gue. Abis ambil uang yang jumlahnya lumayan, gue ngeliat sisa saldo dan langsung kaget terus bilang "waduh kenapa tinggal segini doang duit gue?!"

Setelah itu gue langsung sadar kalo gue itu selama ini terlalu boros dan gak ngebatasin konsumsi gue. Kemudian gue baca sana-sini dan gue mencapai kesimpulan kalo gue perlu menabung dan membatasi konsumsi.

Selama ini mikirnya uang yang ditabung itu ya uang yang sisa aja dari gaji per bulan. Ternyata konsep itu KURANG TEPAT!!

Nah di pembahasan kali ini, gue mau ngajak pembaca, terutama yang masih berprinsip kaya gue dulu, antara lain:

Semakin banyak pendapatan semakin banyak pengeluaran

Uang yang ditabung adalah uang yang tersisa

Nabung itu untuk beli barang mahal

untuk mulai menabung atau menginvestasikan uangnya.

Di luar topik ini, untuk yang tertarik membaca mengenai meningkatkan kesehatan finansial secara umum bisa dibaca di Meningkatkan Kesehatan Finansial Secara Umum

Yok kita mulai!




Prinsip Menyisihkan Uang

Sebelum lo mampu menabung atau berinvestasi, lo wajib banget bisa menyisihkan uang. Berapa banyaknya uang yang disisihkan itu sifatnya subjektif, gak bisa disamain antar orang atau antar keluarga.

1. Pay yourself first

Poinnya adalah lo wajib menyisihkan uang, jangan sampe uang yang lo sisihkan adalah uang sisa gajian lo yang gak kepake, itu kurang tepat. Idealnya lo mesti punya proporsi atau persentase dari uang per bulan atau per tahun yang lo sisihkan. Jadi gampangnya penyisihan uang yang lo lakuin itu adalah karena rencana bukan sedapetnya,

Istilah yang sering gue lihat di buku buku adalah pay yourself first atau bayar dulu diri lo sendiri. Biar gampang langsung gue contohin ya.

Misal gaji lo sebulan 5 juta rupiah dan lo berencana menyisihkan uang lo untuk investasi sebesar 10%. Nah lo harus menyisihkan uang itu di awal, jadi langsung tuh lo potong uang 10% itu atau 500 ribu rupiah. Motongnya itu bisa lo masukin ke rekening yang berbeda, masukin rekening saham, reksadana, beliin emas, atau simpen di bawah bantal juga boleh.

Jadi lo mesti mencukupi diri lo untuk hidup dengan hanya punya uang 4,5 juta rupiah perbulannya, meskipun gaji lo sebenernya 5 juta rupiah.

Cara kaya begini emang akan agak berat diawalnya, apalagi untuk lo-lo pada yang terbiasa dengan gaya hidup hedon. Tapi percayalah, lama-lama lo akan terbiasa juga, malah mungkin bisa nagih pengen nambahin uang yang mau lo sisihkan.

2. Minimal atau Tepat

Prinsip minimal atau tepat ini maksudnya adalah terkait dengan persentase uang yang akan lo sisihkan. Gimana maksudnya?

Minimal atau tepat ini sebenernya pilihan masing-masing orang. Untuk yang menganut aliran minimal, kalo setelah dia menyisihkan uang dan menggunakan uangnya selama sebulan itu masih ada sisa uang, dia akan masukin sisa uangnya itu ke tabungan atau investasinya.

Kalo orang yang menganut aliran tepat, kalo dia ada kelebihan uang setelah disisihkan dan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, dia akan menggunakan uangnya itu sesukanya, misalnya untuk barang mewah, tiket konser, atau menabung untuk jalan-jalan ke luar negeri.

Gue kasih contoh di sini biar gampang ya:

A adalah penganut aliran minimal. Gaji A 10 juta rupiah sebulan dan persentase menyisihkan uangnya 10% sebulan. Pada bulan Januari, A menginvestasikan uangnya 1 juta rupiah dan menggunakan 8,5 juta rupiah untuk kebutuhan sehari-hari. Maka uang A tersisa 500 ribu rupiah (10 juta - 1 juta - 8,5 juta). Karena A adalah penganut aliran minimal, maka A akan menginvestasikan juga sisa uang 500 ribu rupiahnya.

B adalah penganut aliran tepat. Gaji B 5 juta rupiah sebulan dan persentase menyisihkan uangnya 20% sebulan. Pada bulan Februari, B menginvestasikan uangnya 1 juta rupiah adan menggunakan 2 juta rupiah untuk kebutuhan sehari-hari. Maka uang B tersisa 2 juta rupiah (5 juta - 1 juta -  2juta). Karena B adalah penganut aliran tepat, maka B menggunakan sisa uang 2 jutanya untuk "ditabung" agar bisa wisata ke Bali.

Udah paham kan bedanya? Jadi kalian mau ambil pilihan yang mana tuh sama-sama boleh kok, tergantung kebijakan masing-masing.

Gue pribadi pake aliran minimal, kalo kebetulan ada sisa maka langsung gue alokasikan untuk investasi.

Berapa persen uang yang perlu disisihkan?

Tadi di atas sempet gue bahas kalo persentase uang yang perlu disisihkan itu subjektif per orangnya. Nah supaya lebih objektif, gue akan bahas dari beberapa sumber yang pernah gue baca ya.

1. 10% pendapatan bulanan/tahunan

Prinsip ini gue dapetin dari buku The Richest Man in Babylon (George S. Clason). Berdasarkan buku ini, lo wajib menyisihkan pendapatan lo 10%, tidak kurang dan tidak lebih. 10% uang ini nanti lo pekerjakan, entah itu untuk berwirausaha atau investasi.

2. 5-15% pendapatan tahunan

Prinsip ini gue dapetin dari buku Personal Finance for Dummies (Eric Tyson). Berdasarkan buku ini, jumlah 5-15% ini cukup reasonable untuk dijadikan patokan penyisihan pendapatan. Lo bisa pilih angka berapa aja di antara angka tersebut, misal 7,985%. Kalo lo bisa menyisihkan uang di atas 15%, maka itu sangat bagus, dan lebih besar kemungkinan kehidupan pensiun lo akan lebih nyaman, Sedangkan bila lo hanya bisa menyisihkan uang di bawah 5%, belom tentu lo akan pensiun dengan nyaman.

Gue pribadi pake patokan 10% pendapatan per tahun.

Sekian dulu tulisan kali ini, semoga dapat membantu yang lagi pada galau terhadap tabungan atau investasinya.

Adam Prabata
Kobe, Jepang
23 Maret 2019

Comments

  1. HHHmmm keren om analisanya,,,semoga saya bisa menabung seperti itu,,,tapi apa daya gaji saya ngak nyampe...(sedih..) www. nyampling.com

    ReplyDelete
  2. Thanks infonya. Oiya ngomongin uang, ternyata ada loh beberapa hal ga penting yang bisa bikin uang kamu cepet banget habis. Penasaran apa aja? Cek di sini ya: Hal sepele bikin uang cepat habis

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 2)

Part. 2 JEPANG (Setelah Keberangkatan) Buat yang belum baca part. 1 nya, silahkan baca dulu disini ya supaya lebih nyambung  Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 1) Residence Card, Juminhyo, dan Asuransi Kesehatan Gue sampe di Jepang pada tanggal 27 September 2018. Hal yang gue lakukan pertama kali adalah membuat residence card dan asuransi kesehatan . Residence card  ini adalah kartu identitas kita selama disini, ya mirip mirip KTP lah kalo di Indonesia. Asuransi Kesehatan itu langsung gue buat karena emang biaya kesehatan di sini mahal banget. Oiya, pembuatan residence card  dan asuransi kesehatan disini sangat cepat, cuma 1-2 jam. Beda jauh sama pembuatan KTP di Indonesia yang bisa sampe 6 bulan, itu aja kadang belom tentu udah jadi, hahaha. Setelah itu gue juga membuat Juminhyo  yaitu surat alamat tempat tinggal kita. Pembuatannya juga gak sampai 1 jam. Residence card , asuransi kesehatan, dan juminhyo  ini dibuatnya di satu tempat,...

Sandwich Generation, Apakah Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Apakah kalian pernah mendengar sandwich generation? Apakah kalian mengerti arti dari sandwich generation? Atau jangan-jangan malah kalian termasuk sandwich generation? Pertama kali gue mengetahui atau mendengar mengenai sandwich generation  adalah dari akun penasihat finansial yang hits di instagram, yaitu Jouska. Sebelumnya gue gak pernah mendengar istilah ini sama sekali karena memang di keluarga dan lingkaran pertemanan gue tidak ada yang berminat membicarakan perencanaan keuangan. Jadi apa itu sandwich generation ? Sandwich generation adalah generasi yang harus membiayai orang tua padahal mereka harus juga membiayai anak mereka (Merriam-webster).   Situasinya biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, tidak menutup juga yang belum menikah, berusia 30-40 tahun, dengan tanggungan anak yang butuh dibiayai kehidupan dan pendidikannya. Pada saat bersamaan, pasangan tersebut juga memiliki orang tua yang sudah sepuh serta tidak berpenghasila...

Selamat Ulang Tahun yang ke-2 Bang Arka!!

Hari ini, waktu fajar menjelang, tepat 2 tahun yang lalu engkau dilahirkan. Setengah gak percaya juga akhirnya aku menjadi seorang ayah. Ya, aku, orang yang masih banyak kekurangan di segala aspek, ternyata dipercaya oleh Allah untuk mengemban amanah berupa seorang anak laki-laki. Waktu terus berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembanganmu. Mulai dari hanya bisa menangis, kemudian merayap, merangkak, berjalan, melompat, hingga sekarang bisa ikut menirukan bahkan mengobrol dengan ayah dan bunda. Aku sebagai seorang ayah selalu berusaha membersamaimu dan selalu berusaha menjadi yang pertama, minimal kedua setelah bunda, yang menyaksikan langkah pertamamu dalam menjalani setiap tahapan. Aku sebagai ayah hanya ingin mengucapkan Selamat ulang tahun Bang Arka! Semoga Allah selalu mengaruniamu umur panjang, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Semoga Allah juga mengarunia kesehatan dan umur panjang kepada ayah dan bunda agar selalu bisa menjaga d...