Skip to main content

Ketika anak anda muntah, bagaimana cara mengatasinya?

Muntah

Image result for muntah anak

"Wueeeek... wueeek..."
"Bundaaaaa, muntah niiih, oeeek...."


Mendengar suara muntah dari anak itu emang agak mengerikan ya. Kadang juga bercampur kesel kalo misalnya muntahnya itu abis dikasih makan anaknya. Rasanya sayang aja gitu makanan yang udah masuk ke mulut anak.

Muntah ini juga keluhan yang sering bikin anak dibawa orang tua nya ke IGD. Biasanya dengan nuansa yang panik, takut, dan mau marah.

"Dok, tolong dok!! anak saya muntah terus nih, gimana ini?!!"
"Dok! muntahnya gak berenti nih. Kalo nanti dehidrasi gimana?"
"Aduh naak, kamu muntah terus. Tolong dong dok!"

Ya kira-kira semacam itu pernyataan-pernyataan orang tua dari pasien anak dengan keluhan muntah-muntah.

Orang tua itu kalo anaknya muntah-muntah, takutnya luar biasa. Bisa lebih takut dibanding kalo anaknya mencret atau demam. Karena biasanya disertain dengan keluhan anaknya gak mau makan atau minum, atau yang lebih parah selalu dikeluarin lagi setelah makan atau minum. 

Nah, berarti muntah itu keluhan yang cukup penting kan? Silahkan dilanjutkan membaca tulisan ini untuk yang penasaran dengan pembahasan muntah ini.

Oiya, disclaimer ya, tulisan ini diperuntukkan bagi orang awam. Saran yang terdapat di tulisan ini gak bisa jadi patokan untuk melakukan pemeriksaan atau memberikan tatalaksana bagi anak.

Okee, kita mulai yaa..

Apa itu muntah?

Muntah adalah dikeluarkannya isi lambung melalui mulut yang umumnya didahului rasa mual dan penuh pada perut atau dada. (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Muntah itu umumnya terjadi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap bahan beracun yang tertelan. Selain itu muntah itu juga bisa sebagai tanda infeksi atau tanda kelainan di lambung.

Wah ribet juga ya ternyata...

Iya emang agak ribet kadang untuk nentuin penyebab dari muntahnya seorang anak. Nanti di bawah bakal gue jelasin apa sih yang bisa lo lakuin sebagai orang tua untuk ngebantu dokter menentukan penyebab muntah anak lo.

Apa yang dapat kita lakukan bila anak muntah?

Nah ini topik utama kita nih. Yang bisa lo lakuin ketika anak lo muntah, antara lain:

1. Jangan Panik!

Oke, Ini saran gue pertama seperti biasa. Jangan panik! 

Kenapa jangan panik?

Karena panik akan mengacaukan segalanya, termasuk mengacaukan kesempatan anak lo dapat penanganan yang maksimal.

Selain itu, umumnya muntah akan berhenti setelah 6-24 jam.

2. Perhatikan muntahannya

"Iiih jijiiik, gamau ah liat muntahan.."

Woi, itu kan anak lo, mau gak mau lo harus liat, kalo bukan lo, siapa lagi?!

Memperhatikan muntahan anak itu penting sekali untuk membantu dokter menegakkan diagnosis. Nah apa aja sih yang perlu diperhatiin dari muntahan anak?

Selain isi muntahannya yang biasanya makanan dan/atau cairan. Lo juga wajib perhatiin apakah ada darah atau warna kehijauan di muntahan anak lo.

3. Hitung jumlah dan frekuensi muntah

Nah ini penting banget nih, karena dengan mengetahui jumlah dan frekuensi muntah anak lo, itu bakal mempermudah dokter untuk mengevaluasi kondisi anak lo.

Frekuensi itu adalah berapa kali muntah per hari. Ini harus lo itungin! Biasanya orang tua males nih ngitung begini, pas ke dokter bilangnya cuma "setiap makan muntah dok"

Kalo jumlah muntah itu berapa volume per muntahnya. Nah gimana cara tau ini?

Ini pake perkiraan aja kok, gak usah super akurat dan presisi. Volume itu paling gampang pake ukuran aqua gelas, apakah mungkin seperempat, setengah, atau satu aqua gelas. 

Biasanya yang gue denger gini nih, "aduh banyak deh dok pokoknya muntahnya" atau "sedikit-sedikit kok muntahnya." Definisi banyak dan sedikit tiap orang aja beda wooi. Awas yak kalo setelah baca ini masih ada yang begitu.

4. Istirahatkan anak

Biasanya nih, kalo anak muntah, orang tua bakal langsung maksa anaknya untuk makan atau minum lagi. 

Jangan begitu ya! Karena itu sama aja lo bikin anak lo muntah lagi dan akhirnya bikin jumlah total dan frekuensi muntahnya makin banyak.

Istirahatinnya gimana? Cukup baringin atau posisiin setengah duduk aja, di tempat tidur lebih bagus. 

5. Hentikan pemberian obat, makanan, atau minuman yang diduga menyebabkan muntah

Kalo misalnya anak lo tiba-tiba muntah setelah mengonsumsi sesuatu, sebaiknya lo pertimbangkan sesuatu itu sebagai penyebab muntahnya. Jadi sebaiknya lo inget atau catet itu makanan atau minuman atau obat yang dikonsumsi sebelum terjadi muntah.

Setelah lo catet, bagusnya lo hindarin dulu sementara makanan itu untuk anak lo. Kemudian catetan itu lo kasih pas ketemu dokter.

6. Berikan cairan dan makanan yang cukup

Idealnya sih 5 ml/kgBB setiap muntah. Jadi misalnya anak lo beratnya 20 kg dan muntah 5 kali dalam sehari, artinya anak lo butuh penggantian cairan kira-kira 500 ml dalam sehari. Cairan idealnya itu oralit ya.

Waduh, ribet banget ya? Ada saran yang lebih sederhana gak?

Ada kok. Ini ilmu denger dari spesialis anak di rumah sakit tempat gue dulu kerja ya.

6 jam pertama

Dalam 6 jam pertama, lo prioritasin kasih minuman manis (ganti cairan sekaligus kalori), contohnya jus buah (selain jeruk dan anggur karena terlalu asam), teh manis hangat, atau sirup. Madu boleh kalo anak lo udah di atas 1 tahun.

Nah ngasihnya juga ada caranya sendiri. Untuk awalnya kasih pelan-pelan, sekitar 2 sendok makan setiap 10-15 menit. Jangan lo paksa langsung kasih banyak! Kalo ternyata gak muntah, bisa dinaikkan secara bertahap, kalo ternyata muntah, lo turunin volume pemberiannya, tapi tetep setiap 10-15 menit. 

Untuk makanan lo bisa kasih makanan saring atau lunak dulu, kaya bubur atau nasi tim dan lauknya rebus-rebusan yang udah lunak.

6-24 jam

Kalo misalnya dalam 6 jam pertama itu anaknya gak muntah, lo bisa ngerubah makanannya jadi roti, biskuit, atau kue. Ngasih minum juga udah bisa semaunya anak lo. 

Kalo muntah lagi gimana dong?

Ya balik lagi ke aturan 6 jam pertama.

>24 jam

Kalo udah lewat 24 jam sejak muntah terakhir, lo udah bisa kasih anak lo makanan seperti biasa.

7. Bawa ke dokter

Kapan sih anak perlu dibawa ke dokter?

Jawabannya kapan aja kalo lo panik atau takut sama kondisi anak lo. Tugas dokter juga untuk nenangin lo dan bikin lo tau kondisi anak lo sebenernya gimana saat itu.

Kalo lo tipe orang yang logis, nih gue kasih tips kapan lo perlu bawa anak lo ke dokter, tepatnya ke IGD:

a. Muntah tidak berhenti dalam 12 jam (bayi) atau 24 jam (anak)
b. Ada diare atau sesak atau tidak sadar
c. Nampak lemas
d. Sakit perut
e. Isi muntah ada darah atau berwarna kehijauan

Kalo ada salah satu dari tanda di atas, sebaiknya segera dibawa ke instalasi gawat darurat terdekat, gak usah mikir bawa ke klinik, puskesmas, atau dokter praktek.

Apakah boleh memberikan obat pada anak yang muntah?

Sebenernya sih boleh-boleh aja, asalkan udah pernah disaranin sebelumnya sama dokter. Kalo belom pernah, mending jangan coba-coba deh, mendingan sana diperiksain ke dokter.

Wokeeh, segini dulu aja. Semoga bermanfaat ya buat yang baca.

dr. Adam Prabata
Kobe, Jepang
5 Maret 2019



Comments

Popular posts from this blog

Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 2)

Part. 2 JEPANG (Setelah Keberangkatan) Buat yang belum baca part. 1 nya, silahkan baca dulu disini ya supaya lebih nyambung  Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 1) Residence Card, Juminhyo, dan Asuransi Kesehatan Gue sampe di Jepang pada tanggal 27 September 2018. Hal yang gue lakukan pertama kali adalah membuat residence card dan asuransi kesehatan . Residence card  ini adalah kartu identitas kita selama disini, ya mirip mirip KTP lah kalo di Indonesia. Asuransi Kesehatan itu langsung gue buat karena emang biaya kesehatan di sini mahal banget. Oiya, pembuatan residence card  dan asuransi kesehatan disini sangat cepat, cuma 1-2 jam. Beda jauh sama pembuatan KTP di Indonesia yang bisa sampe 6 bulan, itu aja kadang belom tentu udah jadi, hahaha. Setelah itu gue juga membuat Juminhyo  yaitu surat alamat tempat tinggal kita. Pembuatannya juga gak sampai 1 jam. Residence card , asuransi kesehatan, dan juminhyo  ini dibuatnya di satu tempat,...

Sandwich Generation, Apakah Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Apakah kalian pernah mendengar sandwich generation? Apakah kalian mengerti arti dari sandwich generation? Atau jangan-jangan malah kalian termasuk sandwich generation? Pertama kali gue mengetahui atau mendengar mengenai sandwich generation  adalah dari akun penasihat finansial yang hits di instagram, yaitu Jouska. Sebelumnya gue gak pernah mendengar istilah ini sama sekali karena memang di keluarga dan lingkaran pertemanan gue tidak ada yang berminat membicarakan perencanaan keuangan. Jadi apa itu sandwich generation ? Sandwich generation adalah generasi yang harus membiayai orang tua padahal mereka harus juga membiayai anak mereka (Merriam-webster).   Situasinya biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, tidak menutup juga yang belum menikah, berusia 30-40 tahun, dengan tanggungan anak yang butuh dibiayai kehidupan dan pendidikannya. Pada saat bersamaan, pasangan tersebut juga memiliki orang tua yang sudah sepuh serta tidak berpenghasila...

Selamat Ulang Tahun yang ke-2 Bang Arka!!

Hari ini, waktu fajar menjelang, tepat 2 tahun yang lalu engkau dilahirkan. Setengah gak percaya juga akhirnya aku menjadi seorang ayah. Ya, aku, orang yang masih banyak kekurangan di segala aspek, ternyata dipercaya oleh Allah untuk mengemban amanah berupa seorang anak laki-laki. Waktu terus berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembanganmu. Mulai dari hanya bisa menangis, kemudian merayap, merangkak, berjalan, melompat, hingga sekarang bisa ikut menirukan bahkan mengobrol dengan ayah dan bunda. Aku sebagai seorang ayah selalu berusaha membersamaimu dan selalu berusaha menjadi yang pertama, minimal kedua setelah bunda, yang menyaksikan langkah pertamamu dalam menjalani setiap tahapan. Aku sebagai ayah hanya ingin mengucapkan Selamat ulang tahun Bang Arka! Semoga Allah selalu mengaruniamu umur panjang, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Semoga Allah juga mengarunia kesehatan dan umur panjang kepada ayah dan bunda agar selalu bisa menjaga d...