Skip to main content

Kesalahan Finansial yang Sering Terjadi di Usia 20-an



Kesalahan adalah guru terbaik saat belajar mengenai sesuatu, begitu juga dalam hal finansial. Gue pribadi menyadari kalo banyak melakukan kesalahan yang berakibat pada kurang baiknya kondisi finansial gue. Semakin gue belajar mengenai finansial, semakin gue menyadari juga kesalahan-kesalahan yang pernah dan sedang gue lakukan.

Gue berharap kalo waktu bisa diputar, gue bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. Nah, berhubung gak ada tuh namanya pemutaran waktu, jadi gue hanya bisa berusaha untuk tidak jatuh di kesalahan yang sama.

Pada tulisan ini gue bermaksud membagikan pengalaman gue yang berisi kesalahan finansial yang pernah gue lakukan dan ternyata cukup umum terjadi pada orang berusia 20-an.

\

1. Lebih besar pengeluaran dibandingkan pendapatan

Besar pasak daripada tiang. Peribahasa tersebut sangat menggambarkan perilaku finansial gue di usia awal 20-an, terutama saat baru memiliki gaji sendiri. Yang paling parah gue bisa membeli barang yang harganya lebih dari 2 kali pendapatan gue sebulan. Pada saat itu gue masih tinggal dengan orang tua dan berpikir tinggal meminta kepada orang tua bila gaji yang gue dapat kurang pada saat itu.

Hal ini juga gue alami saat baru menikah, mungkin karena euforia pernikahan juga. Gue baru sadar setelah 1 tahun pasca pernikahan dimana kondisi tabungan gue sudah cukup tergerus dan kaget dengan biaya yang dikeluarkan untuk persalinan dan kelahiran anak.

Bagaimana menyiasatinya?

Membuat anggaran sangat diperlukan untuk mengatasi situasi ini. Anggaran penting untuk mengetahui alokasi pendapatan dan pengeluaran. Anggaran juga termasuk dalam salah satu strategi dalam perencanaan finansial. Melalui pembuatan anggaran yang baik dan terencana, pengeluaran dapat lebih dikontrol agar sesuai dengan pendapatan. 

Gue pribadi membuat anggaran bulanan yang dijadikan patokan dalam merencanakan pengeluaran dan terutama mengerem pengeluaran ketika hampir melewati batas alokasi.




2. Tidak berinvestasi sejak dini

Gue termasuk orang yang telat dalam mengenal investasi. Sampai usia 27 tahun, gue hanya mengetahui emas dan deposito sebagai sarana investasi. Bahkan gue dulu menganggap investasi itu tidak penting. Gue merasa lebih baik uang yang gue tabung itu gue putar untuk berwiraswasta atau berdagang, walaupun kemampuan dan pengetahuan wiraswasta gue tidak mumpuni.

Hasilnya uang gue tidak berkembang sama sekali, bahkan diperburuk dengan kerugian yang dialami saat berwiraswasta. Bukannya untung, finansial gue malah buntung.

Bagaimana menyiasatinya?

Segeralah memulai investasi sedini mungkin, semakin dini semakin baik. Uang yang diinvestasikan dengan baik dan terukur akan memberikan return yang cukup, bahkan tidak diduga. Semakin dini kita memulai, potensi keuntungan yang kita dapat juga semakin besar.

Instrumen investasi yang dapat digunakan cukup banyak antara lain:

Modal Kecil: obligasi (SBR, ORI, sukuk, sukuk ritel, obligasi perusahaan, dll), saham, reksadana, dan emas.

Modal Besar: tanah dan properti.

Jangan tertukar antara investasi dan spekulasi ya!



3. Tidak memiliki dana darurat

Dana darurat atau emergency fund adalah dana yang sengaja kita cadangkan untuk menghadapi sesuatu yang tidak terduga di dalam kehidupan, misalnya dipecat dari pekerjaan, sakit berat, atau terkena bencana. Bentuk dana darurat ini bisa berupa uang tunai atau disimpan di instrumen investasi yang bisa diambil kapan saja, misalnya reksadana pasar uang. Untuk lebih lengkap mengenai dana darurat bisa dibaca disini perlukah mempersiapkan dana darurat?

Gue pribadi baru mengenal konsep dana darurat ini setelah mengalami pengalaman pahit yaitu keluarnya uang yang cukup banyak saat persalinan anak gue. Gue baru tahu kalau kita perlu menyiapkan dana khusus yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila ada keperluan darurat.

Bagaimana menyiasatinya?

Segeralah mempersiapkan dana darurat, terutama untuk anda yang menjadi sandwich generation atau berkeluarga. Jumlah dana darurat yang harus dipersiapkan tergantung dari kondisi keuangan keluarga masing-masing, dimana berbeda keluarga juga akan berbeda profil untuk persiapan dana daruratnya.

Terdapat beberapa teori mengenai dana darurat. Ada yang mengatakan perlu mempersiapkan 3,6, atau 12 kali dari pengeluaran bulanan. Ada juga financial advisor yang mengatakan metode tersebut sudah kuno. Keputusan untuk berapa jumlah dana darurat yang harus dipersiapkan tergantung kepada kita masing-masing, namun yang pasti jangan sampai tidak mempersiapkannya.



4. Terlalu nyaman dengan gaji yang didapat

Gue termasuk orang yang sempat merasa nyaman dengan gaji awal yang gue dapat. Ukuran gajinya mungkin tidak cukup besar untuk sebagian orang, tapi waktu di awal pertama kali memiliki gaji sendiri, gue rasa itu lebih dari cukup.

Merasa nyaman dengan gaji yang gue dapatkan, gue sempat tidak berkeinginan untuk mencari penghasilan tambahan atau berusaha meningkatkan gaji gue di tempat kerja atau "membuat uang gue bekerja." Merasa nyaman dengan gaji dapat menjadi jebakan bagi kita, karena menghambat potensi kita untuk meningkatkan pendapatan, bahkan dapat memicu ke arah tindakan boros.

Bagaimana menyiasatinya?

Mencari pemasukan tambahan penting bagi kita, terutama bagi yang masih muda dan kuat tenaganya. Bentuk pemasukan tambahan tidak harus selalu berbentuk pekerjaan sampingan. Membuka usaha kecil-kecilan atau berinvestasi juga dapat dikategorikan sebagai mencari pemasukan tambahan.

Konklusi

Gue berharap kalian yang membaca tulisan ini dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah gue lakukan. Jangan sampai kesalahan-kesalahan tersebut juga terjadi pada kalian. Semoga tulisan ini dapat membantu.

Adam Prabata
23 Juli 2019
Kobe, Jepang

Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 2)

Part. 2 JEPANG (Setelah Keberangkatan) Buat yang belum baca part. 1 nya, silahkan baca dulu disini ya supaya lebih nyambung  Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 1) Residence Card, Juminhyo, dan Asuransi Kesehatan Gue sampe di Jepang pada tanggal 27 September 2018. Hal yang gue lakukan pertama kali adalah membuat residence card dan asuransi kesehatan . Residence card  ini adalah kartu identitas kita selama disini, ya mirip mirip KTP lah kalo di Indonesia. Asuransi Kesehatan itu langsung gue buat karena emang biaya kesehatan di sini mahal banget. Oiya, pembuatan residence card  dan asuransi kesehatan disini sangat cepat, cuma 1-2 jam. Beda jauh sama pembuatan KTP di Indonesia yang bisa sampe 6 bulan, itu aja kadang belom tentu udah jadi, hahaha. Setelah itu gue juga membuat Juminhyo  yaitu surat alamat tempat tinggal kita. Pembuatannya juga gak sampai 1 jam. Residence card , asuransi kesehatan, dan juminhyo  ini dibuatnya di satu tempat,...

Sandwich Generation, Apakah Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Apakah kalian pernah mendengar sandwich generation? Apakah kalian mengerti arti dari sandwich generation? Atau jangan-jangan malah kalian termasuk sandwich generation? Pertama kali gue mengetahui atau mendengar mengenai sandwich generation  adalah dari akun penasihat finansial yang hits di instagram, yaitu Jouska. Sebelumnya gue gak pernah mendengar istilah ini sama sekali karena memang di keluarga dan lingkaran pertemanan gue tidak ada yang berminat membicarakan perencanaan keuangan. Jadi apa itu sandwich generation ? Sandwich generation adalah generasi yang harus membiayai orang tua padahal mereka harus juga membiayai anak mereka (Merriam-webster).   Situasinya biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, tidak menutup juga yang belum menikah, berusia 30-40 tahun, dengan tanggungan anak yang butuh dibiayai kehidupan dan pendidikannya. Pada saat bersamaan, pasangan tersebut juga memiliki orang tua yang sudah sepuh serta tidak berpenghasila...

Selamat Ulang Tahun yang ke-2 Bang Arka!!

Hari ini, waktu fajar menjelang, tepat 2 tahun yang lalu engkau dilahirkan. Setengah gak percaya juga akhirnya aku menjadi seorang ayah. Ya, aku, orang yang masih banyak kekurangan di segala aspek, ternyata dipercaya oleh Allah untuk mengemban amanah berupa seorang anak laki-laki. Waktu terus berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembanganmu. Mulai dari hanya bisa menangis, kemudian merayap, merangkak, berjalan, melompat, hingga sekarang bisa ikut menirukan bahkan mengobrol dengan ayah dan bunda. Aku sebagai seorang ayah selalu berusaha membersamaimu dan selalu berusaha menjadi yang pertama, minimal kedua setelah bunda, yang menyaksikan langkah pertamamu dalam menjalani setiap tahapan. Aku sebagai ayah hanya ingin mengucapkan Selamat ulang tahun Bang Arka! Semoga Allah selalu mengaruniamu umur panjang, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Semoga Allah juga mengarunia kesehatan dan umur panjang kepada ayah dan bunda agar selalu bisa menjaga d...