Skip to main content

Mengapa Kita Tidak Suka Damai? Babak Baru Pasca Pengumuman Pemilu 2019



Selepas pengumuman pemilu yang dilanjutkan dengan konferensi pers masing-masing presiden pada tanggal 21 Mei 2019 kemarin, babak baru dari pemilu 2019 ini pun dimulai. Seperti babak-babak sebelumnya, pemeran utama pada babak ini adalah rakyat. 

Rakyat? Ya benar dugaanmu, rakyat yang sudah terpecah dan terbelah, anggota keluarga yang sudah tidak saling sepaham, atau teman yang sudah tidak lagi berteman baik. Rakyat yang sangat percaya kepada masing-masing junjungannya, entah 01 atau 02, tidak peduli seperti apa kebenarannya. Rakyat yang sudah merasa paling benar dengan pilihannya dan segala macam apapun yang dikatakan atau dilakukan oleh pilihannya. 



Mendukung Oposisi? Mendukung Petahana?

Rakyat memang memberikan warna berbeda pada pemilu kali ini, terutama menjadi pemeriah aksi elit politik. Pendukung oposisi dengan ketidakterimaannya terhadap hasil pemilu yang diduga banyak terjadi kecurangan, sedangkan pendukung petahana dengan kenyinyirannya terhadap aksi pendukung oposisi. 

Pertanyaan gue ke kubu oposisi adalah

"Apakah kalian segitu yakinnya kalo terjadi kecurangan dalam pemilu kali ini?"

sedangkan pertanyaan gue untuk kubu petahana adalah

"Apakah kalian memang segitu yakinnya kalo tidak terjadi kecurangan dalam pemilu kali ini?"

dan ada satu pertanyaan yang dapat gue tanyakan pada kedua pendukung kubu politik ini yaitu 

"Apakah perlu segitunya membela pilihan politik kalian? Apakah posisi pilihan politik itu ada di atas keluarga atau teman kalian?"



Pasca Pengumuman Pemilu

Babak baru pemilu 2019 ini pun dilanjutkan dengan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh pendukung oposisi. Demonstrasi yang memang sudah diprediksi akan terjadi. Kubu oposisi sempat menegaskan bila aksi tersebut akan berjalan damai. 

Namun mungkin kita bisa melihat sendiri seperti apa kenyataan di lapangan, semenjak 22 Mei 2019 dini hari sudah terjadi keributan antara penegak hukum dan rakyat. Berita-berita berseliweran di linimasa media sosial, mulai dari adanya pembakaran hingga korban meninggal. Isi linimasa media sosial selain berita bahkan lebih dahsyat lagi, segala kutukan, nyinyiran, sumpahan, hingga omongan kotor tersaji entah dari pendukung oposisi maupun dari pendukung petahana.

Kita semua gak pernah tahu darimana asalnya para perusuh tersebut. Apakah kubu opisisi? atau kubu petahana? atau jangan-jangan pihak ketiga yang berusaha memanfaatkan situasi Indonesia saat ini?

Mungkin kalo tensi di masing-masing pendukung tetap terjaga seperti ini atau bahkan lebih meningkat, potensi terjadinya kerusuhan yang lebih besar akan lebih sulit dielakkan. Kalau memang ada pihak ketiga, tentu mereka akan tertawa lebih lebar melihat kondisi Indonesia dan rakyatnya saat ini. Apakah kalian mau seperti itu? 

Apakah kalian mau negara ini menjadi rusuh dan tidak aman?
Apakah kalian mau mengecewakan rakyat yang lebih cinta damai dibanding kerusuhan? 

Apakah kalian mau kita terpecah?

Gue sangat menghargai para pendukung oposisi yang berdemonstrasi. Aksi demonstrasi itu salah satu bentuk kebebasan berpendapat serta bagian dari demokrasi itu sendiri, tidak pernah ada yang salah dengan itu. Yang gue sayangkan adalah kalau sampai berlanjut hingga menjadi anarkis dan berkembang menjadi kerusuhan. Demonstrasi boleh, tapi kekerasan apapun bentuknya sudah sepantasnya kita kutuk.

Gue juga tidak mendiskreditkan para pendukung petahana yang sedang merayakan kemenangan junjungannya. Kegembiraan itu salah satu hal yang wajar, apalagi setelah mendapatkan kepuasan karena junjungannya menang. Yang gue sayangkan adalah ketika kegembiraan itu berkembang menjadi nyinyiran atau hinaan kepada pihak oposisi. Gembira boleh, tapi nyinyiran dan hinaan juga termasuk hal yang sepantasnya kita kutuk kan?

Bukankah lebih baik bila pendukung oposisi berdemonstrasi dengan damai? 

Bukankah lebih baik bila pendukung petahana menghentikan nyinyiran dan hinaannya? Bukankah lebih baik bila pendukung petahana merangkul pihak oposisi agar mereka tidak merasa makin termarjinalkan?


Cinta Damai?

Gue pribadi sangat kecewa ketika membaca headline berita di portal berita yang berseliweran di linimasa. Gue berekspektasi pesta demokrasi tahun ini tidak akan berakhir ricuh. Gue berekspektasi kalau para pendukung petahana dan oposisi masih mampu menahan ego dan menjaga kepalanya tetap dingin pada masa-masa ini. Gue berekspektasi kalau kita rakyat Indonesia masih lebih memilih kedamaian dibanding kerusuhan.

Gue juga kecewa ketika membaca linimasa media sosial yang penuh hujatan dan nyinyiran dari pihak pendukung petahana kepada pihak pendukung oposisi. Gue berekspektasi sebagai pemenang, pihak petahana bisa menunjukkan teladan yang lebih baik. 

Ya gue tau, ekspektasi gue hampir semua tidak terpenuhi . . . . .

Melihat kondisi sekarang, gue jadi teringat salah satu omongan Alm. Gus Dur.

"Tingginya apa sih jabatan presiden itu? Kok sampai harus meneteskan darah manusia Indonesia. Tidak perlu"

Melalui tulisan ini, gue berusaha menyerukan kedamaian. Mungkin gak akan banyak yang baca tulisan gue ini, kecuali anggota keluarga atau teman di linimasa media sosial yang kebetulan membaca tulisan gue. Namun seenggaknya, gue udah berusaha berkontribusi untuk menjaga kedamaian sebagai warga negara Indonesia.

Gue gak peduli apapun pilihan lo, mau pendukung petahana kek, mau pendukun oposisi kek, mau pendukung nurhadi-aldo kek. Gue harap kita sebagai rakyat Indonesia mampu tetap menjaga kedamaian dan keutuhan negara kita.

Mengapa kita tidak memilih kedamaian dibandingkan kerusuhan?

Apakah harga yang harus dibayar oleh pemilu 2019 ini segitu besarnya?


Adam Prabata
22 Mei 2019
Kobe, Jepang



Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 2)

Part. 2 JEPANG (Setelah Keberangkatan) Buat yang belum baca part. 1 nya, silahkan baca dulu disini ya supaya lebih nyambung  Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 1) Residence Card, Juminhyo, dan Asuransi Kesehatan Gue sampe di Jepang pada tanggal 27 September 2018. Hal yang gue lakukan pertama kali adalah membuat residence card dan asuransi kesehatan . Residence card  ini adalah kartu identitas kita selama disini, ya mirip mirip KTP lah kalo di Indonesia. Asuransi Kesehatan itu langsung gue buat karena emang biaya kesehatan di sini mahal banget. Oiya, pembuatan residence card  dan asuransi kesehatan disini sangat cepat, cuma 1-2 jam. Beda jauh sama pembuatan KTP di Indonesia yang bisa sampe 6 bulan, itu aja kadang belom tentu udah jadi, hahaha. Setelah itu gue juga membuat Juminhyo  yaitu surat alamat tempat tinggal kita. Pembuatannya juga gak sampai 1 jam. Residence card , asuransi kesehatan, dan juminhyo  ini dibuatnya di satu tempat,...

Sandwich Generation, Apakah Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Apakah kalian pernah mendengar sandwich generation? Apakah kalian mengerti arti dari sandwich generation? Atau jangan-jangan malah kalian termasuk sandwich generation? Pertama kali gue mengetahui atau mendengar mengenai sandwich generation  adalah dari akun penasihat finansial yang hits di instagram, yaitu Jouska. Sebelumnya gue gak pernah mendengar istilah ini sama sekali karena memang di keluarga dan lingkaran pertemanan gue tidak ada yang berminat membicarakan perencanaan keuangan. Jadi apa itu sandwich generation ? Sandwich generation adalah generasi yang harus membiayai orang tua padahal mereka harus juga membiayai anak mereka (Merriam-webster).   Situasinya biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, tidak menutup juga yang belum menikah, berusia 30-40 tahun, dengan tanggungan anak yang butuh dibiayai kehidupan dan pendidikannya. Pada saat bersamaan, pasangan tersebut juga memiliki orang tua yang sudah sepuh serta tidak berpenghasila...

Selamat Ulang Tahun yang ke-2 Bang Arka!!

Hari ini, waktu fajar menjelang, tepat 2 tahun yang lalu engkau dilahirkan. Setengah gak percaya juga akhirnya aku menjadi seorang ayah. Ya, aku, orang yang masih banyak kekurangan di segala aspek, ternyata dipercaya oleh Allah untuk mengemban amanah berupa seorang anak laki-laki. Waktu terus berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembanganmu. Mulai dari hanya bisa menangis, kemudian merayap, merangkak, berjalan, melompat, hingga sekarang bisa ikut menirukan bahkan mengobrol dengan ayah dan bunda. Aku sebagai seorang ayah selalu berusaha membersamaimu dan selalu berusaha menjadi yang pertama, minimal kedua setelah bunda, yang menyaksikan langkah pertamamu dalam menjalani setiap tahapan. Aku sebagai ayah hanya ingin mengucapkan Selamat ulang tahun Bang Arka! Semoga Allah selalu mengaruniamu umur panjang, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Semoga Allah juga mengarunia kesehatan dan umur panjang kepada ayah dan bunda agar selalu bisa menjaga d...