Skip to main content

Lessons from Ph.D: Fokus pada hasil itu biasa, Fokus pada proses itu luar biasa


Pernah merasakan tekanan akibat tidak mencapai target yang dicanangkan oleh atasan?

Pernah merasakan stress akibat mendapatkan hasil atau nilai yang kurang bagus selama pendidikan?

Pernah merasakan kecewa akibat ekspektasi tidak terpenuhi?

Tertekan, merasa stress, atau kecewa merupakan reaksi yang wajar dari seseorang saat ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Tekanan yang dihasilkan dari ekspektasi kita terhadap suatu hasil dapat memberikan beban yang cukup berat.  Tidak jarang reaksi tersebut berakhir pada menyerahnya kita terhadap kenyataan dan tujuan hidup.

Pendidikan Ph.D adalah pendidikan yang penuh dengan tekanan akan hasil penelitian yang fantastis dan sempurna. Tekanan dari supervisor penelitian juga menambah beban stress yang dirasakan oleh mahasiswanya. 

Selain mengejar hasil yang sempurna, mahasiswa juga dituntut berkejaran dengan waktu. Sering terjadi kasus dimana penelitian belum selesai padahal tenggat kelulusan dan habisnya masa penjaminan beasiswa sudah semakin dekat. 

Tekanan dari sejawat mahasiswa peneliti juga cukup besar. Peer pressure di tingkat Ph.D tidak dapat dibandingkan dengan masa perkuliahan lain. Di saat mahasiswa lain yang berdekatan masa studinya dengan kita sudah menerbitkan penelitiannya, presentasi di suatu konferensi, atau sidang kelulusan, sedangkan kita belum apa-apa, maka mau tidak mau hal tersebut akan memunculkan tekanan baru terhadap kita.



Tekanan itu hanya imajinasi

Tekanan bertubi-tubi sering membuat seseorang menjadi stres. Stres tersebut tidak jarang malah berimbas pada menurunnya produktivitas.

Pernahkah kalian berpikir kalau sebenarnya tekanan tersebut hanya imajinasi?

Ya benar, tekanan hanya suatu imajinasi yang kita munculkan di dalam kepala kita. Tekanan muncul karena kita berharap dapat memproduksi hasil yang sebenarnya tidak dapat kita kontrol.

Pernahkah kalian berpikir kalau hasil dari pekerjaan kita bukanlah sesuatu yang dapat kita kontrol?

Kenyataannya memang hasil dari pekerjaan kita bukanlah sesuatu yang dapat kita kontrol. Terlalu banyak faktor yang dapat mengacaukan atau membuat hasil kita tidak sesuai yang diharapkan. Sometimes shit just happens, you know?

Tekanan tersebut pada suatu titik dapat menurunkan motivasi kita dalam mencapai tujuan. Yang lebih parah, tekanan tersebut dapat menjerumuskan kita pada usaha yang tidak etis, misalnya korupsi, kecurangan, atau manipulasi.

Dalam dunia pendidikan Ph.D tidak jarang ditemukan pelbagai usaha-usaha yang kurang baik dari para kandidatnya. Sitasi penelitian sendiri, manipulasi data, atau bahkan hasil palsu merupakan contoh usaha yang kurang baik dalam dunia Ph.D.

Tidak ada manusia yang fitrahnya tidak baik. Usaha-usaha tidak baik tersebut muncul sebagai reaksi dalam menghadapi tekanan-tekanan yang muncul. Tekanan tersebut muncul dari ekspektasi dan fokus kita terhadap hasil yang sebenarnya tidak dapat kita kontrol.

Apakah kalian mau mencapai tujuan kalian dengan cara yang tidak baik?

Apakah para mahasiswa Ph.D mau mendapatkan gelar dengan cara yang tidak etis?




Alihkan fokus dari hasil ke proses

Pada pembahasan di atas sudah sempat disinggung bahwa hasil bukan merupakan sesuatu yang dapat kita kontrol. Daripada fokus terhadap sesuatu yang tidak dapat kita kontrol, jauh lebih baik kita berfokus pada sesuatu yang dapat kita kontrol.

Di dalam kehidupan atau perburuan menuju tujuan, satu-satunya yang dapat kita kontrol adalah diri sendiri. Mindset, perilaku, dan aksi kita adalah hal-hal yang dapat kita kontrol

Mencoba mengontrol hal yang dapat kita kontrol tersebut berpotensi dapat mengurangi tekanan yang kita rasakan. Pada suatu titik, upaya pengontrolan tersebut dapat mengubah pikiran kita terhadap tekanan. Yang awalnya dirasakan sebagai tekanan, berubah menjadi dirasakan sebagai tantangan.

Pengalihan fokus dari hasil ke proses dimulai dengan upaya mengubah mindset. Mindset yang harus ditanamkan adalah mengenai tekanan itu hanya sesuatu yang imajiner akibat ekspektasi kita terhadap suatu hasil.

Saat mindset tersebut sudah tertanam dengan baik, akan lebih mudah bagi kita untuk mengalihkan fokus kita terhadap proses meraih tujuan yang sedang kita jalani. Begitu mindset sudah tertata dengan baik, akan lebih mudah bagi perilaku dan aksi kita untuk mengikuti.

Perubahan mindset tentu bukanlah hal yang sederhana dan berlangsung cepat. It takes times. Namun ketika itu sudah tercapai, maka mengubah fokus kita dari hasil menuju ke proses akan berjalan lebih mudah.



Manfaat berfokus pada proses

Berfokus pada proses, bukan kepada hasil, memiliki banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam upaya kita untuk meraih suatu tujuan atau hasil itu sendiri. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

1. Lebih Fokus

Percaya atau tidak, memilih fokus pada proses akan membuat kita lebih fokus pada hasil itu sendiri, dibandingkan saat kita memilih untuk fokus pada hasil. 

Saat kita berfokus pada hasil, bila kita tidak mendapatkan hasil yang tidak diinginkan, maka kita akan kecewa atau bersedih yang dapat mengganggu produktivitas kita. Saat kita berfokus pada hasil, secara tidak sadar kita akan sibuk membanding-bandingkan hasil kita dengan hasil orang lain, sehingga dapat muncul tekanan yang lebih besar pada mental kita. Tidak jarang perbuatan-perbuatan curang juga dimulai dari sini.

Berfokus pada hasil juga dapat memunculkan mindset "kalahkan orang lain" yang akhirnya memunculkan kompetisi tidak sehat dan tekanan batin baru. 

Melalui upaya untuk berfokus pada proses, kita dapat mengenyahkan distraksi-distraksi tersebut. Perasaan kecewa atau bersedih terhadap hasil yang tidak dapat kita kontrol dapat kita kurangi. Begitu juga dengan pikiran-pikiran kita untuk berbuat curang yang biasanya akan kontraproduktif.

Fokus pada proses juga akan mengubah mindset kita dari "kalahkan orang lain" menjadi "kalahkan diri kita yang dulu." Mengalahkan orang lain bukanlah kompetisi yang layak dalam upaya mengejar tujuan, namun berkompetisi terhadap diri kita sendiri dengan berusaha lebih baik adalah kompetisi yang layak. Sayangnya tidak semua orang sadar terhadap hal tersebut.

Dalam dunia pendidikan Ph.D, karena berfokus pada hasil, lebih sering kita sebagai mahasiswa terdistraksi oleh hal-hal kurang penting yang berakibat pada menurunnya produktivitas. Merasa sedih, kecewa, atau tidak berguna cukup sering terasa dalam dunia pendidikan ini akibat mindset tersebut.

Dengan mengganti fokus kita, walaupun tentu tidak mudah, niscaya produktivitas kita dapat meningkat, yang berujung pada meningkatnya hasil tanpa kita sadari. Percayalah bila Tuhan tidak akan meninggalkan hambanya yang berusaha keras.

2. Lebih menikmati pekerjaan 

Fokus terhadap hasil dapat mengurangi kenikmatan dalam bekerja. Pandangan kita yang senantiasa terpaku pada hasil yang belum ada saat ini dapat mengurangi kenyamanan kita bekerja.

Budaya serba instant pada masa ini makin mempengaruhi kita untuk memperoleh hasil secara instant. Padahal kita semua tahu bahwa tidak semua hasil itu dapat diperoleh secara instant. Pada akhirnya pandangan-pandangan ini dapat menyebabkan kita membenci pekerjaan atau hal yang sedang kita kejar.

Melalui fokus terhadap proses, kita dapat mengembalikan pandangan kita ke masa kini. Kita dapat mulai hidup di masa sekarang dan menikmati setiap momen, termasuk menikmati proses tersebut. Menikmati proses yang kita jalani artinya semakin kita jauh dengan stres.

Tanpa terpaku pada hasil dan berakhir pada membanding-bandingkan hasil kita dengan orang lain, kita dapat lebih memusatkan energi kita pada proses atau kegiatan yang sedang kita jalani. Melalui fokus yang terpusat pada proses, kita lebih dapat mengoptimalkan proses kita, tanpa terpaku dengan hasil yang akan muncul. 

Bila tidak benar-benar suka atau berminat, menikmati pendidikan di dunia Ph.D adalah hal yang hampir tidak mungkin terjadi. Berbagai tekanan terhadap hasil dari segala arah sangat rentan membuat orang yang awalnya suka terhadap dunia ini berubah menjadi sangat benci.

Dengan berfokus pada proses, kita dapat lebih menikmati setiap momen dalam menjalani pendidikan ini. Melalui menikmati pendidikan, kita dapat menjauh dari stres dan pada akhirnya dapat kembali menikmati proses dalam pencapaian gelar.

3. Membangun kepercayaan diri

Terlalu berfokus pada hasil menyebabkan kepercayaan diri kita bergantung pada seberapa hasil yang kita dapatkan. Semakin kita bergantung pada kepercayaan diri seperti itu, semakin berkurang kita kepercayaan kita terhadap diri sendiri yang merupakan basis asli dari kepercayaan diri.

Dengan memusatkan fokus kita pada proses, bukan lagi kepada hasil, kita akan mulai perlahan membangun kepercayaan diri kita yang sebelumnya diserahkan pada faktor lain. Perbaikan proses yang dilakukan secara tidak langsung akan memperbaiki diri kita dan tentunya juga kepercayaan diri kita.

Kepercayaan diri adalah komponen penting dalam menjalani pendidikan, termasuk Ph.D. Kepercayaan diri yang runtuh dapat berakibat fatal pada mahasiswa, mulai dari melakukan tindakan tidak terpuji seperti plagiat atau manipulas, hingga keluar dari pendidikan atau bahkan bunuh diri.

Memupuk kepercayaan diri dengan tidak berfokus pada hasil, melainkan pada proses, dapat membantu untuk menguatkan dalam perjalanan meraih gelar.

Konklusi

Memusatkan fokus kita pada hasil memang lebih mudah. Mudah karena kita terbiasa melakukannya dan hampir setiap orang melakukan itu, dimana kita mudah untuk mencontohnya.

Tetapi seperti yang sudah kita bahas bahwa hasil itu berada di luar kendali kita dan tekanan untuk meraih hasil merupakan sesuatu yang imajiner.

Dapat dianggap bahwa selama ini kita memusatkan energi kita untuk berfokus di sesuatu yang kurang tepat. Alangkah lebih baik bila kita memulai untuk memfokuskan diri kita pada proses dibanding hasil mulai dari sekarang.



Adam Prabata
9 Agustus 2018
Kobe, Jepang

Comments

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 2)

Part. 2 JEPANG (Setelah Keberangkatan) Buat yang belum baca part. 1 nya, silahkan baca dulu disini ya supaya lebih nyambung  Membawa Keluarga ke Jepang (Part. 1) Residence Card, Juminhyo, dan Asuransi Kesehatan Gue sampe di Jepang pada tanggal 27 September 2018. Hal yang gue lakukan pertama kali adalah membuat residence card dan asuransi kesehatan . Residence card  ini adalah kartu identitas kita selama disini, ya mirip mirip KTP lah kalo di Indonesia. Asuransi Kesehatan itu langsung gue buat karena emang biaya kesehatan di sini mahal banget. Oiya, pembuatan residence card  dan asuransi kesehatan disini sangat cepat, cuma 1-2 jam. Beda jauh sama pembuatan KTP di Indonesia yang bisa sampe 6 bulan, itu aja kadang belom tentu udah jadi, hahaha. Setelah itu gue juga membuat Juminhyo  yaitu surat alamat tempat tinggal kita. Pembuatannya juga gak sampai 1 jam. Residence card , asuransi kesehatan, dan juminhyo  ini dibuatnya di satu tempat,...

Sandwich Generation, Apakah Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Apakah kalian pernah mendengar sandwich generation? Apakah kalian mengerti arti dari sandwich generation? Atau jangan-jangan malah kalian termasuk sandwich generation? Pertama kali gue mengetahui atau mendengar mengenai sandwich generation  adalah dari akun penasihat finansial yang hits di instagram, yaitu Jouska. Sebelumnya gue gak pernah mendengar istilah ini sama sekali karena memang di keluarga dan lingkaran pertemanan gue tidak ada yang berminat membicarakan perencanaan keuangan. Jadi apa itu sandwich generation ? Sandwich generation adalah generasi yang harus membiayai orang tua padahal mereka harus juga membiayai anak mereka (Merriam-webster).   Situasinya biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, tidak menutup juga yang belum menikah, berusia 30-40 tahun, dengan tanggungan anak yang butuh dibiayai kehidupan dan pendidikannya. Pada saat bersamaan, pasangan tersebut juga memiliki orang tua yang sudah sepuh serta tidak berpenghasila...

Selamat Ulang Tahun yang ke-2 Bang Arka!!

Hari ini, waktu fajar menjelang, tepat 2 tahun yang lalu engkau dilahirkan. Setengah gak percaya juga akhirnya aku menjadi seorang ayah. Ya, aku, orang yang masih banyak kekurangan di segala aspek, ternyata dipercaya oleh Allah untuk mengemban amanah berupa seorang anak laki-laki. Waktu terus berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembanganmu. Mulai dari hanya bisa menangis, kemudian merayap, merangkak, berjalan, melompat, hingga sekarang bisa ikut menirukan bahkan mengobrol dengan ayah dan bunda. Aku sebagai seorang ayah selalu berusaha membersamaimu dan selalu berusaha menjadi yang pertama, minimal kedua setelah bunda, yang menyaksikan langkah pertamamu dalam menjalani setiap tahapan. Aku sebagai ayah hanya ingin mengucapkan Selamat ulang tahun Bang Arka! Semoga Allah selalu mengaruniamu umur panjang, kesehatan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Semoga Allah juga mengarunia kesehatan dan umur panjang kepada ayah dan bunda agar selalu bisa menjaga d...